Detik-detik Terakhir Kehidupan Rasulullah SAW

Sabtu, 27 November 2010

Dari Ibnu Mas’ud ra bahawasanya Rasulullah SAW bersabda:

Ajalku hampir tiba, dan akan pindah ke hadhrat Allah, ke Sidratulmuntaha dan ke Jannatul Makwa serta ke Arsyila’la.”

Kami bertanya lagi: “Siapakah yang akan memandikan baginda ya Rasulullah? Rasulullah menjawab: Salah seorang ahli baitku.

Kami bertanya: Bagaimana nanti kami mengafani baginda ya Rasulullah?

Baginda menjawab: “Dengan bajuku ini atau pakaian Yamaniyah.”

Kami bertanya: “Siapakah yang mensolatkan baginda di antara kami?” Kami menangis dan Rasulullah SAW pun turut menangis.

Kemudian baginda bersabda: “Tenanglah, semoga Allah mengampuni kamu semua. Apabila kamu semua telah memandikan dan mengafaniku, maka letaklah aku di atas tempat tidurku, di dalam rumahku ini, di tepi liang kuburku, kemudian keluarlah kamu semua dari sisiku. Maka yang pertama-tama mensholatkan aku adalah sahabatku Jibril as. Kemudian Mikail, kemudian Israfil kemudian Malaikat Izrail (Malaikat Maut) beserta bala tenteranya. Kemudian masuklah kalian dengan sebaik-baiknya. Dan hendaklah yang mula sholat adalah kaum lelaki dari pihak keluargaku, kemudian yang wanita-wanitanya, dan kemudian kamu sekalian.”

Sehari menjelang baginda wafat yaitu pada hari Ahad, penyakit baginda semakin bertambah serius. Pada hari itu, setelah Bilal bin Rabah selesai mengumandangkan azannya, ia berdiri di depan pintu rumah Rasulullah, kemudian memberi salam:

“Assalamualaikum ya Rasulullah?” Kemudian ia berkata lagi “Assholah yarhamukallah.”

Kemudian Rasulullah SAW memanggil Ali bin Abi Thalib dan Abbas ra, sambil dibimbing oleh mereka berdua, maka baginda berjalan menuju ke masjid. Baginda sholat dua rakaat, setelah itu baginda melihat kepada orang ramai dan bersabda: “Ya ma’aasyiral Muslimin, kamu semua berada dalam pemeliharaan dan perlindungan Allah, sesungguhnya Dia adalah penggantiku atas kamu semua setelah aku tiada. Aku berwasiat kepada kamu semua agar bertakwa kepada Allah SWT, kerana aku akan meninggalkan dunia yang fana ini. Hari ini adalah hari pertamaku memasuki alam akhirat, dan sebagai hari terakhirku berada di alam dunia ini.”

Malaikat Maut Datang Bertamu
Pada esoknya, yaitu Senin, Allah mewahyukan kepada Malaikat Maut supaya ia turun menemui Rasulullah SAW dengan berpakaian sebaik-baiknya. Dan Allah menyuruh kepada Malaikat Maut mencabut nyawa Rasulullah SAW dengan lemah lembut. Seandainya Rasulullah menyuruhnya masuk, maka ia dibolehkan masuk, namun jika Rasulullah SAW tidak mengizinkannya, ia tidak boleh masuk, dan hendaklah ia kembali saja.

Maka turunlah Malaikat Maut untuk menunaikan perintah Allah SWT. Ia menyamar sebagai seorang biasa. Setelah sampai di depan pintu tempat kediaman Rasulullah SAW, Malaikat Maut itupun berkata: “Assalamualaikum Wahai ahli rumah kenabian, sumber wahyu dan risalah!” Siti Fatimah pun keluar menemuinya dan berkata kepada tamunya itu: “Maafkanlah, ayahku sedang demam”, kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya,

Kemudian Malaikat Maut itu memberi salam lagi: “Assalamualaikum. Bolehkah saya masuk?” Akhirnya Rasulullah SAW mendengar suara Malaikat Maut itu, lalu baginda bertanya kepada puterinya Fatimah: “Siapakah itu wahai anakku?” Fatimah menjawab: “Seorang lelaki, sepertinya baru sekali ini saya melihatnya,” tutur Fatimah lembut.

Rasulullah SAW bersabda: “Tahukah kamu siapakah dia, wahai anakku?” Fatimah menjawab: “Tidak wahai Rasulullah.” Lalu Rasulullah SAW menjelaskan sambil menatap wajah anaknya, seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang “Wahai Fatimah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut.” Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.

Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Masuklah, Wahai Malaikat Maut. Maka masuklah Malaikat Maut itu sambil mengucapkan ‘Assalamualaika ya Rasulullah.” Rasulullah SAW pun menjawab: Waalaikassalam Ya Malaikat Maut. Engkau datang untuk berziarah atau untuk mencabut nyawaku?”

Malaikat Maut menjawab: “Saya datang untuk ziarah sekaligus mencabut nyawa. Jika anda izinkan akan saya lakukan, kalau tidak, saya akan pulang.

Rasulullah SAW bertanya: “Wahai Malaikat Maut, di mana engkau tinggalkan kecintaanku Jibril? “Saya tinggal dia di langit dunia” Jawab Malaikat Maut.

Baru saja Malaikat Maut selesai bicara, tiba-tiba Jibril as datang kemudian duduk di samping Rasulullah SAW. Maka bersabdalah Rasulullah SAW: “Wahai Jibril, tidakkah engkau mengetahui bahawa ajalku telah dekat? Jibril menjawab: Ya, Wahai kekasih Allah.”

Ketika Sakaratul Maut Tiba
Seterusnya Rasulullah SAW bersabda: “Beritahu kepadaku Wahai Jibril, apakah yang telah disediakan Allah untukku di sisinya? Jibril pun menjawab; “Bahawasanya pintu-pintu langit telah dibuka, sedangkan malaikat-malaikat telah berbaris untuk menyambut rohmu.”

Rasulullah SAW bersabda: “Segala puji dan syukur bagi Tuhanku. Wahai Jibril, apa lagi yang telah disediakan Allah untukku? Jibril menjawab lagi: Bahawasanya pintu-pintu Syurga telah dibuka, dan bidadari-bidadari telah berhias, sungai-sungai telah mengalir, dan buah-buahnya telah ranum, semuanya menanti kedatangan rohmu.”

Rasulullah SAW bersabda lagi: “Segala puji dan syukur untuk Tuhanku. Beritahu lagi wahai Jibril, apa lagi yang di sediakan Allah untukku? Jibril menjawab: Aku memberikan berita gembira untuk anda wahai kekasih Allah. Engkaulah yang pertama-tama diizinkan sebagai pemberi syafaat pada hari kiamat nanti.”

Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Segala puji dan syukur, aku panjatkan untuk Tuhanku. Wahai Jibril beritahu kepadaku lagi tentang khabar yang menggembirakan aku?”

Jibril as bertanya: “Wahai kekasih Allah, apa sebenarnya yang ingin tuan tanyakan? Rasulullah SAW menjawab: “Tentang kegelisahanku, apakah yang akan diperolehi oleh orang-orang yang membaca Al-Quran sesudahku? Apakah yang akan diperolehi orang-orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan sesudahku? Apakah yang akan diperolehi orang-orang yang berziarah ke Baitul Haram sesudahku?”

Jibril menjawab: “Saya membawa khabar gembira untuk baginda. Sesungguhnya Allah telah berfirman: Aku telah mengharamkan Syurga bagi semua Nabi dan umat, sampai engkau (Muhammad) dan umatmu memasukinya terlebih dahulu.”

Maka berkatalah Rasulullah SAW: “Sekarang, tenanglah hati dan perasaanku. Wahai Malaikat Maut dekatlah kepadaku” Lalu Malaikat Maut pun berada dekat Rasulullah SAW.

Imam Ali kw, bertanya: “Wahai Rasulullah SAW, siapakah yang akan memandikan anda dan siapakah yang akan mengafaninya? Rasulullah menjawab: Adapun yang memandikan aku adalah engkau wahai Ali, sedangkan Ibnu Abbas menyiramkan airnya dan Jibril akan membawa hanuth (minyak wangi) dari dalam Syurga.

Kemudian Malaikat Maut pun mulai mencabut nyawa Rasulullah. Ketika roh baginda sampai di pusat perut, baginda berkata: “Wahai Jibril, alangkah pedihnya maut.”

Mendengar ucapan Rasulullah itu, Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam, Jibril as memalingkan mukanya. Lalu Rasulullah SAW bertanya: “Wahai Jibril, apakah engkau tidak suka memandang mukaku? Jibril menjawab: Wahai kekasih Allah, siapakah yang sanggup melihat muka baginda, sedangkan baginda sedang merasakan sakitnya maut?”

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat nian maut ini,timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. “Badan Rasulullah mulai dingin , kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya : “Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku” “peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.”

Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.“Ummatii,ummatii, ummatiii” - “Umatku, umatku, umatku”

Rasulullah dan Siti Aisyah

Rabu, 13 Oktober 2010

Akhir-akhir ini, media Indonesia diributkan oleh pernikahan antara Syekh Puji yang berumur 40-an dengan Ulfa yang masih 12 tahunan. Pernikahan itu dianggap sesuatu yang kontroversi. Syekh Puji sendiri, ketika di sorot kamera televisi menenteng sebuah buku yang berjudul “Aisyah Saja Menikah Dini” ........

Pernikahan Syekh Puji ini, akhirnya membuat sebagian orang kembali kepada pernikahan Rasulullah SAW dengan Siti Aisyah, pernikahan ini menjadi senjata kaum orientalis serta pihak-pihak yang memusuhi Islam untuk menjatuhkan Islam, mereka telah menuduh Rasulullah SAW sebagai seorang phedopilia. Padahal bagi kita ummatnya, Rasulullah SAW adalah manusia pilihan, segala ucapan dan tindakannya senantiasa dibimbing wahyu.
Penghinaan terhadap Rasulullah SAW sungguh menyakitkan orang-orang beriman, karena menyakiti beliau SAW berarti menyakiti Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda, "Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah menghadapi para sahabatku, setelah aku wafat nanti janganlah kamu menghinakan mereka. Sebab barang siapa mencintai mereka, berarti dia mencintaiku, dan barang siapa yang membencinya, berarti dia membenciku, barang siapa yang menyakitiku berarti dia menyakiti Allah, dan barang siapa yang menyakiti-Nya niscaya Dia akan mengazabnya." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban, dari Abdullah bin Mugaffal)

Dalam milis “motivasi-islami” ada tulisan yang membantah kebenaran usia Siti Aisyah r.a ketika dinikahi baginda Rasulullah SAW (dengan segala argumennya), ada yang menyebutkan bahwa pernikahan Siti Aisyah di usia sangat belia adalah mitos semata. Tapi ada juga yang meng-counter pernyataan tersebut dengan mengatakan bahwa pada prinsipnya ukuran baligh dalam Islam adalah ditandai dengan menstruasi (untuk wanita) dan mimpi basah untuk laki-laki. Ukuran baligh itu bukan ditentukan oleh umur seseorang, jadi syari’ah tidak melarang seseorang yang sudah baligh untuk segera menggenapkan agamanya dalam naungan pernikahan.

Pernikahan Rasulullah dengan Siti Aisyah r.a, adalah suatu fakta kebenaran. Sekali lagi, segala tindakan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, semuanya adalah atas bimbingan wahyu, termasuk pernikahan Rasulullah SAW dengan Siti Aisyah.
“Sebelum menikahimu, aku pernah melihatmu dua kali di dalam mimpi. Aku melihat malaikat membawa secarik kain yang terbuat dari sutra. Kukatakan kepadanya,”Singkaplah”. Malaikat itu pun menyingkapnya. Dan ternyata kain itu memuat gambarmu. Lalu kukatakan, “Jika ini merupakan ketentuan Allah, maka Dia pasti akan membuatnya terjadi”. Pada kesempatan lain, aku kembali melihatnya datang membawa secarik kain yang terbuat dari sutera. Maka kukatakan,”Singkaplah”. Dan ternyata kain itu memuat gambarmu. Lalu aku berkata, “Jika ini merupakan ketentuan Allah, maka Dia pasti akan membuatnya terjadi”. (HR Bukhari, Muslim dan Ahmad)

Setelah Rasulullah SAW menikahi Siti Aisyah, beliau SAW tidak langsung serumah dengan Siti Aisyah. Siti Aisyah masih tinggal bersama keluarganya dan masih mendapatkan didikan, gemblengan dari ayahandanya yang juga merupakan sahabat Rasulullah SAW, Abu Bakar As shidieq. Siti Aisyah telah dipersiapkan dan dididik untuk menjalani kehidupan berumah tangga bersama Rasulullah, ikut serta dalam misi kerasulan. Siti Aisyah baru menjalani kehidupan rumah tangga dalam satu rumah bersama Rasulullah SAW 3 tahun setelah dinikahi Rasulullah SAW.

Menurut pendapat saya, adanya tuduhan orang yang menghinakan Rasulullah SAW karena menikahi Siti Aisyah yang masih belia, disebabkan karena orang tersebut menggunakan sudut pandang dirinya.
Ada pertanyaan, mana mungkin anda akan menyerahkan putri anda yang masih kecil kepada seseorang yang sudah tua, menurut saya pertanyaan ini adalah suatu pertanyaan yang sifatnya subjektif. Cara berfikir seseorang sangat ditentukan oleh latar belakang, latar budaya atau pun latar keilmuannya......boleh jadi pernikahan dini menjadi suatu hal yang aneh bagi kultur masyarakat tertentu, tapi boleh jadi dianggap biasa-biasa saja pada suatu kultur yang lainnya. Sekali lagi, ukuran baligh dalam islam bukan ditentukan oleh umur.

Rasulullah SAW adalah manusia paling mulia, kekasih Allah, banyak orang tua yang ingin punya menantu orang mulia, dan banyak wanita yang berlomba ingin dinikahi oleh Rasulullah SAW, sampai suatu ketika ada seorang wanita yang menawarkan dirinya untuk dinikahi Baginda Rasul SAW
Tsabit al Bunnani berkata,
"Aku berada di sisi Anas dan disebelahnya ada anak perempuannya. Anas
berkata, 'Seorang wanita datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam menawarkan dirinya seraya berkata, 'Wahai Rasulullah, apakah engkau
berhasrat kepadaku?' Maka anak perempuan Anas berkata, 'Alangkah sedikit
perasaan malunya... 'Anas berkata, 'Dia lebih baik daripada
engkau. Dia menginginkan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam lalu menawarkan
dirinya kepada beliau." (HR. Bukhari).

Mana ada sih yang nolak untuk dijadikan istri oleh seorang kepala negara, pemimpin ummat dan yang lebih penting adalah kekasih Allah. Menjadi istri Rasul adalah suatu kehormatan dan kenikmatan, anugerah dari Allah yang tiada terkira. Pernah ada kasus, ketika istri-istri Rasulullah SAW berdemo karena menuntut maisyah yang lebih, dan Rasulullah SAW pun merasa bersedih atas kejadian ini, maka turunlah firman Allah yang memberikan opsi kepada istri-istri Rasulullah SAW,
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: “Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut’ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhoan) Allah dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar.” (QS Al-Ahzab 28-29
Teguran dari Allah kemudian menyadarkan istri-istri Rasulullah SAW, untuk kemudian istri-istri Rasulullah SAW lebih memilih kehidupan akhirat dan kapok untuk tidak menuntut kesenangan dunia yang fana. Beliau-beliau tetap berada dalam suatu tim solid yang ikut serta dalam misi kerasulan. Suatu kemuliaan yang amat besar dapat menjadi ummul mukminin (ibu orang-orang beriman).................

Ada yang berpendapat, anak usia 7 tahun, 9 tahun 12 tahun bisa mikir apa? Gimana bisa menjadi istri, manajer dalam rumah tangga? Sekali lagi, pertanyaan ini merupakan sudut pandang diri sang penanya.............ya, mungkin saja karena umumnya kita, ketika berusia seperti itu masih pada culun....masih kekanak-kanakan.....dan mungkin saja masih (mohon ma’af) oon....tapi boleh jadi, ada anak-anak tertentu di usia tersebut telah memiliki tingkat kedewasaan yang baik. Dan tidak sedikit ada orang yang sudah dewasa (dari segi umur), tapi masih kekanak-kanakan dalam sikap ataupun cara berfikirnya.

Siti Aisyah r.a adalah pribadi cemerlang dengan potensi yang luar biasa, kemampuan intelektualnya pun diatas rata-rata. Di usia belia, karena anugerah Allah SWT, Siti Aisyah telah memiliki kecerdasan, kematangan dan kedewasaan berfikir. Allah SWT menakdirkan Siti Aisyah untuk mendapatkan bagian terbesar dari khazanah hadist-hadit Rasulullah SAW.
Tema besar dari ilmu hadist adalah pribadi Rasulullah SAW itu sendiri, sehingga orang yang paling banyak tahu tentang Rasulullah SAW, tentang ibadah-ibadah beliau SAW tentunya orang yang paling dekat dan banyak berinteraksi langsung, yaitu istri-istri beliau SAW. Siti Aisyah r.a pun adalah salah satu dari orang yang paling banyak meriwayatkan hadist Nabi SAW, disamping Abu Hurairah r.a, Abdullah bin Umar r.a dan Anas bin Malik. Dari Siti Aisyah lah, umat Islam banyak mengetahui prosedur detil dari ibadah yang dicontohkan Nabi SAW. Pemahaman Siti Aisyah r.a terhadap fiqih pun sangat luar biasa, sehingga beliau r.a menjadi rujukan utama bagi sahabat –sahabat Rasulullah SAW yang lain.

Allah telah mempersiapkan Siti Aisyah r.a untuk menjadi istri Rasulullah SAW, karenanya banyak hikmah dari pernikahan Rasulullah dengan Siti Aisyah, diantaranya:
1. Mendobrak tradisi

a) Pada masa itu, orang-orang Arab enggan menikahi putri dari teman yang telah diangkat menjadi saudaranya. Abu Bakar telah menganggap Rasulullah SAW sebagai saudaranya. Ada anggapan di masa itu, bahwa hubungan saudara angkat menyebabkan hubungan perbesanan menjadi terlarang. Abu Bakar sempat ragu dan pernah bertanya kepada Khaulah binti Hakim (istri dari Ustman bin Mazh’un, salah seorang sahabat), Khaulah merekomendasikan Siti Aisyah untuk dijadikan istri Rasulullah SAW. “bolehkah beliau menikahi putriku? Bukankah Aisyah adalah anak dari saudaranya sendiri?” tanya Abu bakar. Rasulullah pun memberikan penegasan, dan menyuruh Khaulah untuk kembali kepada Abu Bakar “Kembalilah kepada Abu Bakar. Katakan kepadanya bahwa ia adalah saudarku seagama dan putrinya halal untuk kunikahi”. (HR Bukhari, Ahmad dan Baihaqi).

b) Bangsa Arab tidak mau menikahkan putri mereka pada bulan Syawwal, karena ada mitos bahwa penyakit sampar akan mewabah di bulan Syawwal. Rasululla SAW berniat untuk menghilangkan kepercayaan yang tidak berdasar tersebut

c) Bangsa Arab terbiasa menyalakan api di hadapan mempelai, suami mendatangi istrinya pertama kali dengan cara ditandu. Dan Rasulullah SAW menghapus kebiasaan-kebiasaan itu

2. Mengukuhkan hubungan antara kekhalifahan dan kenabian

Jadi sekali lagi, pernikahan baginda Rasulullah SAW dengan Siti Aisyah adalah bimbingan wahyu, segala tindakan/ perbuatan, ucapan Nabi SAW adalah langsung dibimbing Allah SWT. Sebagai ummatnya, kita harus meyakini hal itu. Kita tidak bisa selalu bermain dengan perasaan atau merasionalisasikan semua ajaran agama, karena memang tidak semua ajaran agama dapat dirasionalkan, kenapa? Karena akal kita sebagai manusia yang penuh kelemahan ini, tidak akan mampu menjangkau segala kekuasaan, segala kehendak dari Allah sang Maha pencipta, Sang Pengatur kehidupan...... Hanya iman di dada lah yang dapat membuat kokohnya keyakinan akan Islam yang mulia.

Ada kalimat yang menurut saya bagus dan saya pun sependapat, dilontarkan oleh Kang Rahmat di milis “motivasi-islami”, beliau berpendapat bahwa yang paling penting ketika manusia menganggap kontroversi, maka yang harus terpancang dalam setiap diri yang merasa Islam sebagai jalan hidupnya adalah, adanya penerimaan dan kerelaan untuk menerima semua ajaran Islam, jika semua itu ada dalilnya yang memang shahih (pernikahan Rasulullah SAW dengan Siti Aisyah ra diriwayatkan dalam HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Darini). Tidak peduli apakah manusia menganggapnya melanggar HAM, feminisme, demokrasi, humanisme, prulalisme, atau isme-isme lainnya, apapun ismenya tidak ada yang lebih tinggi dan pantas kita pegang kecuali sejalan Al Qur’an dan Sunnah Nabi SAW. Islam adalah agama yang benar, kita harus terus menggali kebenaran ajaran Islam, maka jika orang Islam sendiri merasa risih terhadap ajarannya maka selayaknya harus belajar lebih banyak lagi tentang Islam.

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa diantara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir,yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS 5:54)

Semoga kita menjadi ummat Rasulullah SAW yang tidak pernah goyah keyakinan kita karena fitnah-fitnah yang menjerumuskan.........semoga kita senantiasa menjadi ummat Rasulullah SAW yang mencintai Rasulullah sepenuh hati, sebagai bukti cinta kita kepada Allah SWT
“Katakanlah:”Jika bapa-bapamu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, isteri-isterimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad dijalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS 9:24)

KHADIJAH RA: Wanita di sisi Rasulullah

Senin, 04 Oktober 2010


"Demi Allah, tidak ada ganti yang lebih baik dari dia, yang beriman kepadaku saat semua orang ingkar, yang percaya kepadaku ketika semua mendustakan, yang mengorbankan semua hartanya saat semua berusaha mempertahankannya dan ... darinyalah aku mendapatkan keturunan."Begitulah Rasulullah saw berkata tentang kepribadian Khadijjah, istrinya. Seorang isteri sejati, muslimah yang dengan segenap kemampuan dirinya berkorban demi kejayaan Islam. Siti Khadijah berasal dari keturunan yang terhormat, mempunyai harta kekayaan yang tidak sedikit serta terkenal sebagai wanita yang tegas dan cerdas. Bukan sekali dua kali pemuka kaum Quraisy cuba untuk mempersunting dirinya. Tetapi pilihannya justru jatuh pada seorang pemuda yang bernama Muhammad, pemuda yang begitu mengenal harga dirinya, yang tidak tergiur oleh kekayaan dan kecantikan. Saidatina Khadijah RA merupakan wanita pertama beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Beliau banyak membantu dan memperteguhkan tekad Rasulullah SAW melaksanakan risalah dakwah. Beliau sentiasa berusaha meringankan kepedihan hati dan menghilangkan keletihan serta penderitaan yang dialami oleh suaminya dalam menjalankan tugas dakwah. Inilah keistimewaan dan keutamaan Khadijah dalam sejarah perjuangan Islam. Beliau adalah sumber kekuatan yang berada di belakang Rasulullah SAW.

KESETIAAN YANG BERSEJARAH


Mari kita singkap kembali peristiwa yang sungguh mendebarkan jantung Rasulullah SAW. Peristiwa itu ialah penerimaan wahyu yang pertama di Gua Hira. Sekembalinya ke rumah, baginda berkata kepada isterinya yang tercinta, Aku berasa khuatir terhadap diriku.
Khadijah berusaha menabahkan hati suami yang ditaatinya dengan berkata, Wahai kekanda, demi Allah, Tuhan tidak akan mengecewakanmu kerana sesungguhnya kekanda adalah orang yang selalu memupuk dan menjaga kekeluargaan serta sanggup memikul tanggungjawab. Dirimu dikenali sebagai penolong kaum yang sengsara, sebagai tuan rumah yang menyenangkan tamu, ringan tangan dalam memberi pertolongan, sentiasa berbicara benar dan setia kepada amanah.

Apakah ada wanita lain yang dapat menyambut sedemikian baik peristiwa bersejarah yang berlaku di Gua Hira seperti yang dilakukan oleh Khadijah kepada suaminya? Apa yang dikatakan oleh Khadijah kepada suaminya pada saat menghadapi peristiwa besar itu menunjukkan betapa besarnya kepercayaan dan kasih sayang seorang isteri kepada suami yang dilandasi iman yang teguh. Sedikit pun Khadijah tidak berasa ragu-ragu atau syak di dalam hatinya. Persoalannya, dapatkah kita berlaku demikian?

Khadijah merupakan wanita kaya dan terkenal. Beliau boleh hidup mewah dengan hartanya sendiri. Namun semua itu dengan rela dikorbankannya untuk memudahkan tugas-tugas suaminya. Hal ini jelas menunjukkan beliau merupakan wanita yang mendorong kemajuan pahlawan umat manusia, melindungi pejuang terbesar dalam sejarah dengan mewujudkan kedamaian dalam kehidupan suaminya. Sikap inilah yang menjadi sumber kekuatan kepada Rasulullah SAW sepanjang kehidupan mereka bersama. Oleh itu, kita perlu berdoa semoga Allah memberi kita kekuatan untuk membantu menguatkan semangat jihad golongan lelaki yang seangkatan dengan kita.


KESETIAAN YANG MENDORONG KEGIGIHAN


Mari kita teliti, fahami serta hayati beberapa gambaran kesetiaan Khadijah yang telah membina kekuatan pada diri dan kehidupan penegak risalah Islam itu.


Sepanjang hidupnya bersama Rasulullah SAW, Khadijah begitu setia menyertai baginda dalam setiap peristiwa suka dan duka. Setiap kali suaminya ke Gua Hira, beliau pasti menyiapkan semua bekalan dan keperluannya. Seandainya Rasulullah SAW agak lama tidak pulang, beliau akan meninjau untuk memastikan keselamatan baginda. Sekiranya baginda khusyu bermunajat, beliau tinggal di rumah dengan sabar sehingga baginda pulang. Apabila suaminya mengadu kesusahan serta berada dalam keadaan gelisah, beliau cuba sedaya mungkin mententeram dan menghiburkannya sehingga suaminya benar-benar merasai ketenangan. Setiap ancaman dan penganiayaan dihadapi bersama. Malah dalam banyak kegiatan peribadatan Rasulullah SAW, Khadijah pasti bersama dan membantu baginda seperti menyediakan air untuk mengambil wuduk.

Kecintaan Khadijah bukanlah sekadar kecintaan kepada suami, sebaliknya yang jelas adalah berlandaskan keyakinan yang kuat tentang keesaan Allah SWT. Segala pengorbanan untuk suaminya adalah ikhlas untuk mencari keredaan Allah SWT. Allah Maha Adil dalam memberi rahmat-Nya. Setiap amalan yang dilaksanakan dengan penuh keikhlasan pasti mendapat ganjaran yang berkekalan. Firman Allah yang bermaksud:

Barang siapa yang mengerjakan amalan saleh, baik lelaki mahupun wanita dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan. (An-Nahl: 97)

Janji Allah itu pasti benar. Kesan kesetiaan Khadijah bukan sekadar menghasilkan kekuatan yang mendorong kegigihan dan perjuangan Rasulullah SAW, malah membawa barakah yang besar kepada rumah tangga mereka berdua. Anak-anak yang lahir juga adalah anak-anak yang saleh. Keturunan zuriat ahlul-bait Rasulullah SAW merupakan insan yang sentiasa taat melaksanakan perintah Allah SWT. Semua ini menghasilkan kekuatan yang membantu meningkatkan perjuangan Islam.

Wahai muslimah, sekarang adalah masa untuk kita hidupkan kembali hakikat ini dalam kehidupan kita. Semoga kekuatan Islam akan kembali mentadbir kehidupan insan.

Pesan Singkat

Senin, 16 Agustus 2010

Memohon doa kepada Tuhan adalah laksana samudera yang dapat mencapai setiap sudut pantai keperluan hidup manusia. Doa yang ana sampaikan adalah bak debu yang berterbangan.......

Jumat, 23 April 2010

hidup itu berawal dari sebuah mimpi kecil yang lama kelamaan menjadi sebuah keinginan lalu menjadi cita-cita atau tujuan kita,,,

kata ku

Rahasia terbesar dalam hidup adalah melewati hari ini dengan penuh makna tentang cinta, ilmu dan iman. Karena dengan cinta hidup menjadi indah, dengan ilmu hidup menjadi mudah dan dengan iman hidup menjadi terarah

Makna Buah Apel Dalam Kehidupan

Kamis, 22 April 2010

Apel ialah buah yang selalu menunggu untuk dipetik,,,terutama apel yang paling tinggi dipohon menuggu orang yang berani untuk memetik mreka...

orang yang berani menanggung resiko yang ada,,,,karena semakin tinggi buah apel di pohon semakin tinggi pula kualitas rasa yang dimiliki apel tersebut.

sebaliknya bagi mereka yang tidak mau memetik apel yang tertinggi,,,mereka hanya mendapat apel yang dekat dan penuh dengan ulat atau hanya mndapat apel busuk yang terjatuh di tanah..

bayangkan apel itu seorang gadis,,, gadis cantik,gadis baik,gadis jujur,gadis alim dan gadis idaman dan gadis-gadis itu menunggu laki-laki yang tepat untuk menjemput mereka,,,laki-laki yang sanggup menanggung resiko yang ada untuk mndapatkan hati mereka,,,termasuk para orang tua gadis-gadis tersebut,,, dan sebaliknya jika laki-laki itu tidak berani menanggung resiko,,,mereka hanya mendapat gadis pembohong, gadis pendusta, gadis pencela, dan gadis yang bisanya hanya menghancurkan hati seorang lelaki,,,dan mereka harus menerima gadis seperti itu .. akibat dari ketidak beranian mereka niat mereka yang kurang kuat untuk mendapat gadis yang baik..

Sabtu, 27 November 2010

Detik-detik Terakhir Kehidupan Rasulullah SAW

Dari Ibnu Mas’ud ra bahawasanya Rasulullah SAW bersabda:

Ajalku hampir tiba, dan akan pindah ke hadhrat Allah, ke Sidratulmuntaha dan ke Jannatul Makwa serta ke Arsyila’la.”

Kami bertanya lagi: “Siapakah yang akan memandikan baginda ya Rasulullah? Rasulullah menjawab: Salah seorang ahli baitku.

Kami bertanya: Bagaimana nanti kami mengafani baginda ya Rasulullah?

Baginda menjawab: “Dengan bajuku ini atau pakaian Yamaniyah.”

Kami bertanya: “Siapakah yang mensolatkan baginda di antara kami?” Kami menangis dan Rasulullah SAW pun turut menangis.

Kemudian baginda bersabda: “Tenanglah, semoga Allah mengampuni kamu semua. Apabila kamu semua telah memandikan dan mengafaniku, maka letaklah aku di atas tempat tidurku, di dalam rumahku ini, di tepi liang kuburku, kemudian keluarlah kamu semua dari sisiku. Maka yang pertama-tama mensholatkan aku adalah sahabatku Jibril as. Kemudian Mikail, kemudian Israfil kemudian Malaikat Izrail (Malaikat Maut) beserta bala tenteranya. Kemudian masuklah kalian dengan sebaik-baiknya. Dan hendaklah yang mula sholat adalah kaum lelaki dari pihak keluargaku, kemudian yang wanita-wanitanya, dan kemudian kamu sekalian.”

Sehari menjelang baginda wafat yaitu pada hari Ahad, penyakit baginda semakin bertambah serius. Pada hari itu, setelah Bilal bin Rabah selesai mengumandangkan azannya, ia berdiri di depan pintu rumah Rasulullah, kemudian memberi salam:

“Assalamualaikum ya Rasulullah?” Kemudian ia berkata lagi “Assholah yarhamukallah.”

Kemudian Rasulullah SAW memanggil Ali bin Abi Thalib dan Abbas ra, sambil dibimbing oleh mereka berdua, maka baginda berjalan menuju ke masjid. Baginda sholat dua rakaat, setelah itu baginda melihat kepada orang ramai dan bersabda: “Ya ma’aasyiral Muslimin, kamu semua berada dalam pemeliharaan dan perlindungan Allah, sesungguhnya Dia adalah penggantiku atas kamu semua setelah aku tiada. Aku berwasiat kepada kamu semua agar bertakwa kepada Allah SWT, kerana aku akan meninggalkan dunia yang fana ini. Hari ini adalah hari pertamaku memasuki alam akhirat, dan sebagai hari terakhirku berada di alam dunia ini.”

Malaikat Maut Datang Bertamu
Pada esoknya, yaitu Senin, Allah mewahyukan kepada Malaikat Maut supaya ia turun menemui Rasulullah SAW dengan berpakaian sebaik-baiknya. Dan Allah menyuruh kepada Malaikat Maut mencabut nyawa Rasulullah SAW dengan lemah lembut. Seandainya Rasulullah menyuruhnya masuk, maka ia dibolehkan masuk, namun jika Rasulullah SAW tidak mengizinkannya, ia tidak boleh masuk, dan hendaklah ia kembali saja.

Maka turunlah Malaikat Maut untuk menunaikan perintah Allah SWT. Ia menyamar sebagai seorang biasa. Setelah sampai di depan pintu tempat kediaman Rasulullah SAW, Malaikat Maut itupun berkata: “Assalamualaikum Wahai ahli rumah kenabian, sumber wahyu dan risalah!” Siti Fatimah pun keluar menemuinya dan berkata kepada tamunya itu: “Maafkanlah, ayahku sedang demam”, kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya,

Kemudian Malaikat Maut itu memberi salam lagi: “Assalamualaikum. Bolehkah saya masuk?” Akhirnya Rasulullah SAW mendengar suara Malaikat Maut itu, lalu baginda bertanya kepada puterinya Fatimah: “Siapakah itu wahai anakku?” Fatimah menjawab: “Seorang lelaki, sepertinya baru sekali ini saya melihatnya,” tutur Fatimah lembut.

Rasulullah SAW bersabda: “Tahukah kamu siapakah dia, wahai anakku?” Fatimah menjawab: “Tidak wahai Rasulullah.” Lalu Rasulullah SAW menjelaskan sambil menatap wajah anaknya, seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang “Wahai Fatimah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut.” Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.

Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Masuklah, Wahai Malaikat Maut. Maka masuklah Malaikat Maut itu sambil mengucapkan ‘Assalamualaika ya Rasulullah.” Rasulullah SAW pun menjawab: Waalaikassalam Ya Malaikat Maut. Engkau datang untuk berziarah atau untuk mencabut nyawaku?”

Malaikat Maut menjawab: “Saya datang untuk ziarah sekaligus mencabut nyawa. Jika anda izinkan akan saya lakukan, kalau tidak, saya akan pulang.

Rasulullah SAW bertanya: “Wahai Malaikat Maut, di mana engkau tinggalkan kecintaanku Jibril? “Saya tinggal dia di langit dunia” Jawab Malaikat Maut.

Baru saja Malaikat Maut selesai bicara, tiba-tiba Jibril as datang kemudian duduk di samping Rasulullah SAW. Maka bersabdalah Rasulullah SAW: “Wahai Jibril, tidakkah engkau mengetahui bahawa ajalku telah dekat? Jibril menjawab: Ya, Wahai kekasih Allah.”

Ketika Sakaratul Maut Tiba
Seterusnya Rasulullah SAW bersabda: “Beritahu kepadaku Wahai Jibril, apakah yang telah disediakan Allah untukku di sisinya? Jibril pun menjawab; “Bahawasanya pintu-pintu langit telah dibuka, sedangkan malaikat-malaikat telah berbaris untuk menyambut rohmu.”

Rasulullah SAW bersabda: “Segala puji dan syukur bagi Tuhanku. Wahai Jibril, apa lagi yang telah disediakan Allah untukku? Jibril menjawab lagi: Bahawasanya pintu-pintu Syurga telah dibuka, dan bidadari-bidadari telah berhias, sungai-sungai telah mengalir, dan buah-buahnya telah ranum, semuanya menanti kedatangan rohmu.”

Rasulullah SAW bersabda lagi: “Segala puji dan syukur untuk Tuhanku. Beritahu lagi wahai Jibril, apa lagi yang di sediakan Allah untukku? Jibril menjawab: Aku memberikan berita gembira untuk anda wahai kekasih Allah. Engkaulah yang pertama-tama diizinkan sebagai pemberi syafaat pada hari kiamat nanti.”

Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Segala puji dan syukur, aku panjatkan untuk Tuhanku. Wahai Jibril beritahu kepadaku lagi tentang khabar yang menggembirakan aku?”

Jibril as bertanya: “Wahai kekasih Allah, apa sebenarnya yang ingin tuan tanyakan? Rasulullah SAW menjawab: “Tentang kegelisahanku, apakah yang akan diperolehi oleh orang-orang yang membaca Al-Quran sesudahku? Apakah yang akan diperolehi orang-orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan sesudahku? Apakah yang akan diperolehi orang-orang yang berziarah ke Baitul Haram sesudahku?”

Jibril menjawab: “Saya membawa khabar gembira untuk baginda. Sesungguhnya Allah telah berfirman: Aku telah mengharamkan Syurga bagi semua Nabi dan umat, sampai engkau (Muhammad) dan umatmu memasukinya terlebih dahulu.”

Maka berkatalah Rasulullah SAW: “Sekarang, tenanglah hati dan perasaanku. Wahai Malaikat Maut dekatlah kepadaku” Lalu Malaikat Maut pun berada dekat Rasulullah SAW.

Imam Ali kw, bertanya: “Wahai Rasulullah SAW, siapakah yang akan memandikan anda dan siapakah yang akan mengafaninya? Rasulullah menjawab: Adapun yang memandikan aku adalah engkau wahai Ali, sedangkan Ibnu Abbas menyiramkan airnya dan Jibril akan membawa hanuth (minyak wangi) dari dalam Syurga.

Kemudian Malaikat Maut pun mulai mencabut nyawa Rasulullah. Ketika roh baginda sampai di pusat perut, baginda berkata: “Wahai Jibril, alangkah pedihnya maut.”

Mendengar ucapan Rasulullah itu, Fatimah terpejam, Ali yang disampingnya menunduk semakin dalam, Jibril as memalingkan mukanya. Lalu Rasulullah SAW bertanya: “Wahai Jibril, apakah engkau tidak suka memandang mukaku? Jibril menjawab: Wahai kekasih Allah, siapakah yang sanggup melihat muka baginda, sedangkan baginda sedang merasakan sakitnya maut?”

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. “Ya Allah, dahsyat nian maut ini,timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. “Badan Rasulullah mulai dingin , kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya : “Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku” “peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.”

Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.“Ummatii,ummatii, ummatiii” - “Umatku, umatku, umatku”

Rabu, 13 Oktober 2010

Rasulullah dan Siti Aisyah

Akhir-akhir ini, media Indonesia diributkan oleh pernikahan antara Syekh Puji yang berumur 40-an dengan Ulfa yang masih 12 tahunan. Pernikahan itu dianggap sesuatu yang kontroversi. Syekh Puji sendiri, ketika di sorot kamera televisi menenteng sebuah buku yang berjudul “Aisyah Saja Menikah Dini” ........

Pernikahan Syekh Puji ini, akhirnya membuat sebagian orang kembali kepada pernikahan Rasulullah SAW dengan Siti Aisyah, pernikahan ini menjadi senjata kaum orientalis serta pihak-pihak yang memusuhi Islam untuk menjatuhkan Islam, mereka telah menuduh Rasulullah SAW sebagai seorang phedopilia. Padahal bagi kita ummatnya, Rasulullah SAW adalah manusia pilihan, segala ucapan dan tindakannya senantiasa dibimbing wahyu.
Penghinaan terhadap Rasulullah SAW sungguh menyakitkan orang-orang beriman, karena menyakiti beliau SAW berarti menyakiti Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda, "Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah menghadapi para sahabatku, setelah aku wafat nanti janganlah kamu menghinakan mereka. Sebab barang siapa mencintai mereka, berarti dia mencintaiku, dan barang siapa yang membencinya, berarti dia membenciku, barang siapa yang menyakitiku berarti dia menyakiti Allah, dan barang siapa yang menyakiti-Nya niscaya Dia akan mengazabnya." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban, dari Abdullah bin Mugaffal)

Dalam milis “motivasi-islami” ada tulisan yang membantah kebenaran usia Siti Aisyah r.a ketika dinikahi baginda Rasulullah SAW (dengan segala argumennya), ada yang menyebutkan bahwa pernikahan Siti Aisyah di usia sangat belia adalah mitos semata. Tapi ada juga yang meng-counter pernyataan tersebut dengan mengatakan bahwa pada prinsipnya ukuran baligh dalam Islam adalah ditandai dengan menstruasi (untuk wanita) dan mimpi basah untuk laki-laki. Ukuran baligh itu bukan ditentukan oleh umur seseorang, jadi syari’ah tidak melarang seseorang yang sudah baligh untuk segera menggenapkan agamanya dalam naungan pernikahan.

Pernikahan Rasulullah dengan Siti Aisyah r.a, adalah suatu fakta kebenaran. Sekali lagi, segala tindakan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, semuanya adalah atas bimbingan wahyu, termasuk pernikahan Rasulullah SAW dengan Siti Aisyah.
“Sebelum menikahimu, aku pernah melihatmu dua kali di dalam mimpi. Aku melihat malaikat membawa secarik kain yang terbuat dari sutra. Kukatakan kepadanya,”Singkaplah”. Malaikat itu pun menyingkapnya. Dan ternyata kain itu memuat gambarmu. Lalu kukatakan, “Jika ini merupakan ketentuan Allah, maka Dia pasti akan membuatnya terjadi”. Pada kesempatan lain, aku kembali melihatnya datang membawa secarik kain yang terbuat dari sutera. Maka kukatakan,”Singkaplah”. Dan ternyata kain itu memuat gambarmu. Lalu aku berkata, “Jika ini merupakan ketentuan Allah, maka Dia pasti akan membuatnya terjadi”. (HR Bukhari, Muslim dan Ahmad)

Setelah Rasulullah SAW menikahi Siti Aisyah, beliau SAW tidak langsung serumah dengan Siti Aisyah. Siti Aisyah masih tinggal bersama keluarganya dan masih mendapatkan didikan, gemblengan dari ayahandanya yang juga merupakan sahabat Rasulullah SAW, Abu Bakar As shidieq. Siti Aisyah telah dipersiapkan dan dididik untuk menjalani kehidupan berumah tangga bersama Rasulullah, ikut serta dalam misi kerasulan. Siti Aisyah baru menjalani kehidupan rumah tangga dalam satu rumah bersama Rasulullah SAW 3 tahun setelah dinikahi Rasulullah SAW.

Menurut pendapat saya, adanya tuduhan orang yang menghinakan Rasulullah SAW karena menikahi Siti Aisyah yang masih belia, disebabkan karena orang tersebut menggunakan sudut pandang dirinya.
Ada pertanyaan, mana mungkin anda akan menyerahkan putri anda yang masih kecil kepada seseorang yang sudah tua, menurut saya pertanyaan ini adalah suatu pertanyaan yang sifatnya subjektif. Cara berfikir seseorang sangat ditentukan oleh latar belakang, latar budaya atau pun latar keilmuannya......boleh jadi pernikahan dini menjadi suatu hal yang aneh bagi kultur masyarakat tertentu, tapi boleh jadi dianggap biasa-biasa saja pada suatu kultur yang lainnya. Sekali lagi, ukuran baligh dalam islam bukan ditentukan oleh umur.

Rasulullah SAW adalah manusia paling mulia, kekasih Allah, banyak orang tua yang ingin punya menantu orang mulia, dan banyak wanita yang berlomba ingin dinikahi oleh Rasulullah SAW, sampai suatu ketika ada seorang wanita yang menawarkan dirinya untuk dinikahi Baginda Rasul SAW
Tsabit al Bunnani berkata,
"Aku berada di sisi Anas dan disebelahnya ada anak perempuannya. Anas
berkata, 'Seorang wanita datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam menawarkan dirinya seraya berkata, 'Wahai Rasulullah, apakah engkau
berhasrat kepadaku?' Maka anak perempuan Anas berkata, 'Alangkah sedikit
perasaan malunya... 'Anas berkata, 'Dia lebih baik daripada
engkau. Dia menginginkan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam lalu menawarkan
dirinya kepada beliau." (HR. Bukhari).

Mana ada sih yang nolak untuk dijadikan istri oleh seorang kepala negara, pemimpin ummat dan yang lebih penting adalah kekasih Allah. Menjadi istri Rasul adalah suatu kehormatan dan kenikmatan, anugerah dari Allah yang tiada terkira. Pernah ada kasus, ketika istri-istri Rasulullah SAW berdemo karena menuntut maisyah yang lebih, dan Rasulullah SAW pun merasa bersedih atas kejadian ini, maka turunlah firman Allah yang memberikan opsi kepada istri-istri Rasulullah SAW,
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: “Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut’ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhoan) Allah dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar.” (QS Al-Ahzab 28-29
Teguran dari Allah kemudian menyadarkan istri-istri Rasulullah SAW, untuk kemudian istri-istri Rasulullah SAW lebih memilih kehidupan akhirat dan kapok untuk tidak menuntut kesenangan dunia yang fana. Beliau-beliau tetap berada dalam suatu tim solid yang ikut serta dalam misi kerasulan. Suatu kemuliaan yang amat besar dapat menjadi ummul mukminin (ibu orang-orang beriman).................

Ada yang berpendapat, anak usia 7 tahun, 9 tahun 12 tahun bisa mikir apa? Gimana bisa menjadi istri, manajer dalam rumah tangga? Sekali lagi, pertanyaan ini merupakan sudut pandang diri sang penanya.............ya, mungkin saja karena umumnya kita, ketika berusia seperti itu masih pada culun....masih kekanak-kanakan.....dan mungkin saja masih (mohon ma’af) oon....tapi boleh jadi, ada anak-anak tertentu di usia tersebut telah memiliki tingkat kedewasaan yang baik. Dan tidak sedikit ada orang yang sudah dewasa (dari segi umur), tapi masih kekanak-kanakan dalam sikap ataupun cara berfikirnya.

Siti Aisyah r.a adalah pribadi cemerlang dengan potensi yang luar biasa, kemampuan intelektualnya pun diatas rata-rata. Di usia belia, karena anugerah Allah SWT, Siti Aisyah telah memiliki kecerdasan, kematangan dan kedewasaan berfikir. Allah SWT menakdirkan Siti Aisyah untuk mendapatkan bagian terbesar dari khazanah hadist-hadit Rasulullah SAW.
Tema besar dari ilmu hadist adalah pribadi Rasulullah SAW itu sendiri, sehingga orang yang paling banyak tahu tentang Rasulullah SAW, tentang ibadah-ibadah beliau SAW tentunya orang yang paling dekat dan banyak berinteraksi langsung, yaitu istri-istri beliau SAW. Siti Aisyah r.a pun adalah salah satu dari orang yang paling banyak meriwayatkan hadist Nabi SAW, disamping Abu Hurairah r.a, Abdullah bin Umar r.a dan Anas bin Malik. Dari Siti Aisyah lah, umat Islam banyak mengetahui prosedur detil dari ibadah yang dicontohkan Nabi SAW. Pemahaman Siti Aisyah r.a terhadap fiqih pun sangat luar biasa, sehingga beliau r.a menjadi rujukan utama bagi sahabat –sahabat Rasulullah SAW yang lain.

Allah telah mempersiapkan Siti Aisyah r.a untuk menjadi istri Rasulullah SAW, karenanya banyak hikmah dari pernikahan Rasulullah dengan Siti Aisyah, diantaranya:
1. Mendobrak tradisi

a) Pada masa itu, orang-orang Arab enggan menikahi putri dari teman yang telah diangkat menjadi saudaranya. Abu Bakar telah menganggap Rasulullah SAW sebagai saudaranya. Ada anggapan di masa itu, bahwa hubungan saudara angkat menyebabkan hubungan perbesanan menjadi terlarang. Abu Bakar sempat ragu dan pernah bertanya kepada Khaulah binti Hakim (istri dari Ustman bin Mazh’un, salah seorang sahabat), Khaulah merekomendasikan Siti Aisyah untuk dijadikan istri Rasulullah SAW. “bolehkah beliau menikahi putriku? Bukankah Aisyah adalah anak dari saudaranya sendiri?” tanya Abu bakar. Rasulullah pun memberikan penegasan, dan menyuruh Khaulah untuk kembali kepada Abu Bakar “Kembalilah kepada Abu Bakar. Katakan kepadanya bahwa ia adalah saudarku seagama dan putrinya halal untuk kunikahi”. (HR Bukhari, Ahmad dan Baihaqi).

b) Bangsa Arab tidak mau menikahkan putri mereka pada bulan Syawwal, karena ada mitos bahwa penyakit sampar akan mewabah di bulan Syawwal. Rasululla SAW berniat untuk menghilangkan kepercayaan yang tidak berdasar tersebut

c) Bangsa Arab terbiasa menyalakan api di hadapan mempelai, suami mendatangi istrinya pertama kali dengan cara ditandu. Dan Rasulullah SAW menghapus kebiasaan-kebiasaan itu

2. Mengukuhkan hubungan antara kekhalifahan dan kenabian

Jadi sekali lagi, pernikahan baginda Rasulullah SAW dengan Siti Aisyah adalah bimbingan wahyu, segala tindakan/ perbuatan, ucapan Nabi SAW adalah langsung dibimbing Allah SWT. Sebagai ummatnya, kita harus meyakini hal itu. Kita tidak bisa selalu bermain dengan perasaan atau merasionalisasikan semua ajaran agama, karena memang tidak semua ajaran agama dapat dirasionalkan, kenapa? Karena akal kita sebagai manusia yang penuh kelemahan ini, tidak akan mampu menjangkau segala kekuasaan, segala kehendak dari Allah sang Maha pencipta, Sang Pengatur kehidupan...... Hanya iman di dada lah yang dapat membuat kokohnya keyakinan akan Islam yang mulia.

Ada kalimat yang menurut saya bagus dan saya pun sependapat, dilontarkan oleh Kang Rahmat di milis “motivasi-islami”, beliau berpendapat bahwa yang paling penting ketika manusia menganggap kontroversi, maka yang harus terpancang dalam setiap diri yang merasa Islam sebagai jalan hidupnya adalah, adanya penerimaan dan kerelaan untuk menerima semua ajaran Islam, jika semua itu ada dalilnya yang memang shahih (pernikahan Rasulullah SAW dengan Siti Aisyah ra diriwayatkan dalam HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Darini). Tidak peduli apakah manusia menganggapnya melanggar HAM, feminisme, demokrasi, humanisme, prulalisme, atau isme-isme lainnya, apapun ismenya tidak ada yang lebih tinggi dan pantas kita pegang kecuali sejalan Al Qur’an dan Sunnah Nabi SAW. Islam adalah agama yang benar, kita harus terus menggali kebenaran ajaran Islam, maka jika orang Islam sendiri merasa risih terhadap ajarannya maka selayaknya harus belajar lebih banyak lagi tentang Islam.

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa diantara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir,yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS 5:54)

Semoga kita menjadi ummat Rasulullah SAW yang tidak pernah goyah keyakinan kita karena fitnah-fitnah yang menjerumuskan.........semoga kita senantiasa menjadi ummat Rasulullah SAW yang mencintai Rasulullah sepenuh hati, sebagai bukti cinta kita kepada Allah SWT
“Katakanlah:”Jika bapa-bapamu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, isteri-isterimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad dijalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS 9:24)

Senin, 04 Oktober 2010

KHADIJAH RA: Wanita di sisi Rasulullah


"Demi Allah, tidak ada ganti yang lebih baik dari dia, yang beriman kepadaku saat semua orang ingkar, yang percaya kepadaku ketika semua mendustakan, yang mengorbankan semua hartanya saat semua berusaha mempertahankannya dan ... darinyalah aku mendapatkan keturunan."Begitulah Rasulullah saw berkata tentang kepribadian Khadijjah, istrinya. Seorang isteri sejati, muslimah yang dengan segenap kemampuan dirinya berkorban demi kejayaan Islam. Siti Khadijah berasal dari keturunan yang terhormat, mempunyai harta kekayaan yang tidak sedikit serta terkenal sebagai wanita yang tegas dan cerdas. Bukan sekali dua kali pemuka kaum Quraisy cuba untuk mempersunting dirinya. Tetapi pilihannya justru jatuh pada seorang pemuda yang bernama Muhammad, pemuda yang begitu mengenal harga dirinya, yang tidak tergiur oleh kekayaan dan kecantikan. Saidatina Khadijah RA merupakan wanita pertama beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Beliau banyak membantu dan memperteguhkan tekad Rasulullah SAW melaksanakan risalah dakwah. Beliau sentiasa berusaha meringankan kepedihan hati dan menghilangkan keletihan serta penderitaan yang dialami oleh suaminya dalam menjalankan tugas dakwah. Inilah keistimewaan dan keutamaan Khadijah dalam sejarah perjuangan Islam. Beliau adalah sumber kekuatan yang berada di belakang Rasulullah SAW.

KESETIAAN YANG BERSEJARAH


Mari kita singkap kembali peristiwa yang sungguh mendebarkan jantung Rasulullah SAW. Peristiwa itu ialah penerimaan wahyu yang pertama di Gua Hira. Sekembalinya ke rumah, baginda berkata kepada isterinya yang tercinta, Aku berasa khuatir terhadap diriku.
Khadijah berusaha menabahkan hati suami yang ditaatinya dengan berkata, Wahai kekanda, demi Allah, Tuhan tidak akan mengecewakanmu kerana sesungguhnya kekanda adalah orang yang selalu memupuk dan menjaga kekeluargaan serta sanggup memikul tanggungjawab. Dirimu dikenali sebagai penolong kaum yang sengsara, sebagai tuan rumah yang menyenangkan tamu, ringan tangan dalam memberi pertolongan, sentiasa berbicara benar dan setia kepada amanah.

Apakah ada wanita lain yang dapat menyambut sedemikian baik peristiwa bersejarah yang berlaku di Gua Hira seperti yang dilakukan oleh Khadijah kepada suaminya? Apa yang dikatakan oleh Khadijah kepada suaminya pada saat menghadapi peristiwa besar itu menunjukkan betapa besarnya kepercayaan dan kasih sayang seorang isteri kepada suami yang dilandasi iman yang teguh. Sedikit pun Khadijah tidak berasa ragu-ragu atau syak di dalam hatinya. Persoalannya, dapatkah kita berlaku demikian?

Khadijah merupakan wanita kaya dan terkenal. Beliau boleh hidup mewah dengan hartanya sendiri. Namun semua itu dengan rela dikorbankannya untuk memudahkan tugas-tugas suaminya. Hal ini jelas menunjukkan beliau merupakan wanita yang mendorong kemajuan pahlawan umat manusia, melindungi pejuang terbesar dalam sejarah dengan mewujudkan kedamaian dalam kehidupan suaminya. Sikap inilah yang menjadi sumber kekuatan kepada Rasulullah SAW sepanjang kehidupan mereka bersama. Oleh itu, kita perlu berdoa semoga Allah memberi kita kekuatan untuk membantu menguatkan semangat jihad golongan lelaki yang seangkatan dengan kita.


KESETIAAN YANG MENDORONG KEGIGIHAN


Mari kita teliti, fahami serta hayati beberapa gambaran kesetiaan Khadijah yang telah membina kekuatan pada diri dan kehidupan penegak risalah Islam itu.


Sepanjang hidupnya bersama Rasulullah SAW, Khadijah begitu setia menyertai baginda dalam setiap peristiwa suka dan duka. Setiap kali suaminya ke Gua Hira, beliau pasti menyiapkan semua bekalan dan keperluannya. Seandainya Rasulullah SAW agak lama tidak pulang, beliau akan meninjau untuk memastikan keselamatan baginda. Sekiranya baginda khusyu bermunajat, beliau tinggal di rumah dengan sabar sehingga baginda pulang. Apabila suaminya mengadu kesusahan serta berada dalam keadaan gelisah, beliau cuba sedaya mungkin mententeram dan menghiburkannya sehingga suaminya benar-benar merasai ketenangan. Setiap ancaman dan penganiayaan dihadapi bersama. Malah dalam banyak kegiatan peribadatan Rasulullah SAW, Khadijah pasti bersama dan membantu baginda seperti menyediakan air untuk mengambil wuduk.

Kecintaan Khadijah bukanlah sekadar kecintaan kepada suami, sebaliknya yang jelas adalah berlandaskan keyakinan yang kuat tentang keesaan Allah SWT. Segala pengorbanan untuk suaminya adalah ikhlas untuk mencari keredaan Allah SWT. Allah Maha Adil dalam memberi rahmat-Nya. Setiap amalan yang dilaksanakan dengan penuh keikhlasan pasti mendapat ganjaran yang berkekalan. Firman Allah yang bermaksud:

Barang siapa yang mengerjakan amalan saleh, baik lelaki mahupun wanita dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan. (An-Nahl: 97)

Janji Allah itu pasti benar. Kesan kesetiaan Khadijah bukan sekadar menghasilkan kekuatan yang mendorong kegigihan dan perjuangan Rasulullah SAW, malah membawa barakah yang besar kepada rumah tangga mereka berdua. Anak-anak yang lahir juga adalah anak-anak yang saleh. Keturunan zuriat ahlul-bait Rasulullah SAW merupakan insan yang sentiasa taat melaksanakan perintah Allah SWT. Semua ini menghasilkan kekuatan yang membantu meningkatkan perjuangan Islam.

Wahai muslimah, sekarang adalah masa untuk kita hidupkan kembali hakikat ini dalam kehidupan kita. Semoga kekuatan Islam akan kembali mentadbir kehidupan insan.

Senin, 16 Agustus 2010

Pesan Singkat

Memohon doa kepada Tuhan adalah laksana samudera yang dapat mencapai setiap sudut pantai keperluan hidup manusia. Doa yang ana sampaikan adalah bak debu yang berterbangan.......

Jumat, 23 April 2010

hidup itu berawal dari sebuah mimpi kecil yang lama kelamaan menjadi sebuah keinginan lalu menjadi cita-cita atau tujuan kita,,,

kata ku

Rahasia terbesar dalam hidup adalah melewati hari ini dengan penuh makna tentang cinta, ilmu dan iman. Karena dengan cinta hidup menjadi indah, dengan ilmu hidup menjadi mudah dan dengan iman hidup menjadi terarah

Kamis, 22 April 2010

Makna Buah Apel Dalam Kehidupan

Apel ialah buah yang selalu menunggu untuk dipetik,,,terutama apel yang paling tinggi dipohon menuggu orang yang berani untuk memetik mreka...

orang yang berani menanggung resiko yang ada,,,,karena semakin tinggi buah apel di pohon semakin tinggi pula kualitas rasa yang dimiliki apel tersebut.

sebaliknya bagi mereka yang tidak mau memetik apel yang tertinggi,,,mereka hanya mendapat apel yang dekat dan penuh dengan ulat atau hanya mndapat apel busuk yang terjatuh di tanah..

bayangkan apel itu seorang gadis,,, gadis cantik,gadis baik,gadis jujur,gadis alim dan gadis idaman dan gadis-gadis itu menunggu laki-laki yang tepat untuk menjemput mereka,,,laki-laki yang sanggup menanggung resiko yang ada untuk mndapatkan hati mereka,,,termasuk para orang tua gadis-gadis tersebut,,, dan sebaliknya jika laki-laki itu tidak berani menanggung resiko,,,mereka hanya mendapat gadis pembohong, gadis pendusta, gadis pencela, dan gadis yang bisanya hanya menghancurkan hati seorang lelaki,,,dan mereka harus menerima gadis seperti itu .. akibat dari ketidak beranian mereka niat mereka yang kurang kuat untuk mendapat gadis yang baik..